Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Jakarta yang Malang

Jakarta memang keras. Dalam hiruk pikuk kehidupan manusia yang tinggal di dalamnya, terdapat banyak persoalan-persoalan kompleks yang konon membuat wajah siapa saja merengut bila mendengarnya. Kata “Jakarta” mungkin bisa pula dijadikan sebagai gambaran mengenai polusi, kolusi, dan bahkan caci maki. Mengenai kriminalitas jangan ditanya. Hal itu seakan akan sudah menjadi icon bagi kota yang telah berumur hampir setengah milenium itu, mulai dari aksi rampok dan jambret hingga permainan kotor para penguasa. Belum lagi masalah banjir yang sampai hari ini belum menemui titik terangnya, sekalipun sudah banyak usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Fakta bahwa daratan Jakarta tenggelam sekitar 17 cm tiap tahunnya menjadi momok yang kian menghantui warga. Betapapun kacaunya permasalahan tersebut, kita tetap tidak bisa membantah keindahan Monas, kemegahan Istiqlal, dan Selalu ada hal-hal baik lainya yang dapat diceritakan dari Jakarta. Jakarta memil

Keangkuhan akan Kalah

Hukum adalah satu garis lurus. Ia selalu berada pada pacaknya. Tidak akan berpindah dari tempat yang ia berdiri di atasnya. Namun, akan selalu ada yang berusaha menggoyahkan kekokohan garis tersebut, untuk berbagai kepentingan. Hukum adalah satu objek abstrak, maka keobjektivannya akan kembali kepada subjeknya sendiri. Suatu ketika seorang wanita dari kalangan kaum bangsawan Arab Quraisy melakukan pencurian. Ia tertangkap dan oleh sebab itu harus diadili melalui jalan hukum Islam. Seorang pencuri telah mengotori tangannya dengan perbuatan keji di dunia. Maka untuk menghindarkan siksaan yang lebih pedih di hari pertimbangan kelak, ia harus dipisahkan dari tubuh si pencuri. Dengan itu ia dan orang-orang lain akan jera. Namun, manusia selalu memanfaatkan celah sesempit apapun untuk mempertahankan kehormatannya. Maka, oleh petinggi Bani Makhzum yang merupakan salah satu dari tiga kabilah terkaya Kaum Quraisy ingin melindungi wanita itu. “Ia adalah wanita bangsawan, tak sewajarnya bila h

Hamka; Ulama Kesayangan Kita

Setiap orang yang yang pernah membaca Sirah kehidupan Buya Hamka akan takzim mengenang kebesaran jiwa sang tokoh kharismatik itu. Hidupnya dipenuhi berbagai kisah-kisah yang membuat siapa saja yang mengetahuinya seakan tersuntik dengan kekaguman. Ia adalah pendulang air bagi jiwa -jiwa yang dahaga akan siraman rohani. Menyampaikan hikmah dan pesan Islam melalui hati menuju hati. Tempat bagi anak-anak jasmani dan rohaninya mengadukan berbagai permasalahan mengenai hidup dari yang sederhana hingga yang nadir diterka. Ia hanyalah manusia biasa yang diangerahi Allah Subhanahu wa Ta’ala pengetahuan yang luas, pikiran yang terbuka, dan hati yang kokoh. Kadang lembut bagi orang yang perlu dihadapi dengan lembut, namun keras bagi yang pantas. Tiada lain tujuannya ialah mengarahkan orang tersebut kepada jalan yang lebih baik. Sebagai orang Minangkabau tulen bergelar Datuk Indomo, sudah menjadi satu keharusan untuk pergi meninggalkan halaman rumah menuju halaman-halaman lain di