Langsung ke konten utama

Cappuccino, Jaz, dan Makalah.

Satu semester merupakan waktu yang sangat berharga bagi saya untuk menimba ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ar-Raudlatul Hasanah. Penuh dengan suka cita dan sarat akan ilmu pengetahuan.

Di dalamnya kami diajarkan bagaimana berdialog dengan benar dalam suatu ranah keilmuan, serta bagaimana memaparkan makalah di depan audiens dengan baik.

Tak sebatas itu, berbagai hal menuju hari H (hari presentasi) juga banyak yang perlu dipersiapkan dengan matang. Tak jarang mata harus menahan kantuk untuk dapat menyelesaikan tugas tepat pada deadline yang telah disepakati bersama. 

Mengerjakan tugas bersama teman dalam suatu ruangan serta ditemani oleh secangkir cappuccino dan alunan musik jazz tentunya dapat menghilangkan kantuk itu dengan efektif. Adrenalin pun lebih terpacu untuk menuntaskan penulisan makalah. 

Kafein dalam cappuccino yang terdengar seram namun dapat membasmi habis nafas nafas setan yang membuat kami terkantuk.

Ketukan ketukan musik khas ala jazz juga sangat ampuh untuk menggantikan rayuan iblis untuk berehat.

kemudian dilanjutkan dengan mengulang-ulang membaca makalah agar lidah tidak kelu ketika melakukan presentasi.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Hari di SATI: Sebuah Catatan Refleksi

Sudah berbulan-bulan lalu saya berencana mengisi liburan semester ini dengan bervakansi ke satu kota kecil yang indah di Jawa Timur: Malang. Akan tetapi, karena alasan dana, rencana itu terpaksa saya urungkan. Malang barangkali bisa dijamah kapan-kapan, tapi soal perut harus selalu di-nomorsatu-kan, khususnya saya yang hidup merantau di Jogja. Namun, nasib yang katanya ‘sunyi’ itu berkata lain. Sebuah surat Term of Reference terlampir dalam satu surel ringkas dari dosen. Melalui surat itu, saya dimintai oleh dosen untuk mengikuti sebuah acara dengan tajuk Christianity Study for Moslem Scholars (selanjutnya disingkat CSMS) yang diadakan oleh Asosiasi Teolog Indonesia (ATI). Tak ada yang membuat saya tertarik untuk mengikuti acara ini-karena memang saya tidak terlalu mendalami kajian lintas iman-selain bahwa kegiatan studi ini diadakan di Malang dan akan didanai penuh. Benak saya: ini sebuah berkat, wayahe kalau kata orang Jawa. Dengan hati mantap dan menyala saya memutuskan ...

STIT kedepannya

Saya memimpikan STIT kedepannya lebih fokus terhadap pengembangan intelektual mahasiswanya. Mahasiswa dan dosen bahkan lebih baik terpisah dari kegiatan-kegiatan struktural di pesantren. Agar kegitannya lebih fokus dalam pengembangan keilmuan. Acap kali terjadi benturan antara jadwal perkuliahan dengan pekerjaan bagian yang menjadi dilema setiap mahasiswa STIT-RH terkhusus yang tinggal di dalam pondok. Sehingga ia mendapati tekanan dari dua sisi yang mau tidak mau harus ia hadapi. Ini membuat kegiatan belajar di kampus tidak maksimal. Begitu pula dengan keefektifannya dalam melaksanakan tugas-tugas bagian tersebut

Jakarta yang Malang

Jakarta memang keras. Dalam hiruk pikuk kehidupan manusia yang tinggal di dalamnya, terdapat banyak persoalan-persoalan kompleks yang konon membuat wajah siapa saja merengut bila mendengarnya. Kata “Jakarta” mungkin bisa pula dijadikan sebagai gambaran mengenai polusi, kolusi, dan bahkan caci maki. Mengenai kriminalitas jangan ditanya. Hal itu seakan akan sudah menjadi icon bagi kota yang telah berumur hampir setengah milenium itu, mulai dari aksi rampok dan jambret hingga permainan kotor para penguasa. Belum lagi masalah banjir yang sampai hari ini belum menemui titik terangnya, sekalipun sudah banyak usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Fakta bahwa daratan Jakarta tenggelam sekitar 17 cm tiap tahunnya menjadi momok yang kian menghantui warga. Betapapun kacaunya permasalahan tersebut, kita tetap tidak bisa membantah keindahan Monas, kemegahan Istiqlal, dan Selalu ada hal-hal baik lainya yang dapat diceritakan dari Jakarta. Jakarta memil...